Sumber: Islam Pos
Prof. KONFLIK --- JENDERAL Joseph F. Dunford Jr mengambil alih komando Amerika untuk misi militer internasional di Afghanistan Ahad (10/2/2013). Ia menjadi, jenderal ke-15 yang memimpin Amerika di Afghanistan dan semua orang berharap, ia akan menjadi yang terakhir.
Dunford mempunyai jejak rekam yang ‘mengesankan’ untuk rakyat Amerika. Ia menarik semua tentara Amerika di Iraq, namun sekaligus kemudian membuat rakyat Amerika kembali terpukul, setelah sekitar 68.000 sampai 100.000 tentara itu dipindahkan ke Afghanistan.
Dunford mengambil alih komando dari Jenderal John R. Allen, yang hanya bertahan 19 bulan duduk sebagai panglima tertinggi Amerika di Afghanistan, dengan berbagai alasan. Yang paling nyata, Taliban yang tak pernah diselesaikan dengan cepat—hey, 12 tahun adalah waktu yang sangat lama untuk perang!—masih menjadi agenda siapapun jenderal Amerika di negeri Mullah itu.
Dalam pidatonya yang sangat menyentuh, katakanlah begitu, Jenderal Allen penuh dengan emosi berbicara tentang harga perang Amerika, kegigihan Taliban dan sekutu mereka, dan keyakinannya bahwa Afghanistan akan berubah menjadi negara demokrasi lainnya, seperti Iraq misalnya.
Allen ketika itu memperkenalkan dua orang mahasiswa Afghanistan dari sebuah sekolah tinggi; seorang gadis dan anak laki-laki, yang memang sengaja diundang dalam upacara itu dan duduk di baris pertama. Ia menegaskan bahwa “rasa optimisme dan rasa yang sangat nyata bahwa kita akan menang!”
“Saya percaya bahwa dalam 10 tahun, Afghanistan tidak akan pernah lagi menjadi tempat antara kerajaan yang terperangkap dalam batu asah politik internasional,” katanya. “Saya percaya bahwa Afghanistan tidak akan pernah lagi menjadi tempat yang aman untuk teroris.”
Dia juga sangat emosional ketika membahas jumlah korban dari perang yang panjang itu. Dia menggambarkan bagaimana setiap hari ia membaca nama-nama mereka yang telah tewas pekan sebelumnya, dan “560 putra dan putri Amerika telah memberikan hidup mereka” dan bahwa hanya 5.500 telah terluka selama kepemimpinannya yang tak terlalu lama itu.
Dalam beberapa bulan terakhir, jumlah tentara dan polisi Afghanistan yang meninggal memerangi gerilyawan juga telah meningkat. “Tidak akan ada keraguan bahwa Afghanistan adalah investasi di masa depan,” katanya.
Namun, dia tidak berjanji bahwa Taliban akan kalah segera, dan kemenangan itu “tidak dapat ditandai di kalender.”
“Pasukan Afghanistan membela rakyat Afghanistan dan memungkinkan pemerintah negara ini untuk melayani warganya. Ini adalah kemenangan,” kata Jenderal Allen.
Ketika tiba giliran General Dunford untuk berbicara, ia hanya berbicara singkat dan tumpul, kurang dari tiga menit. Ia hanya menyatakan “komitmen untuk menyelesaikan misi.”
General Dunford, yang berasal dari Boston, telah menjabat di sejumlah posisi senior termasuk, yang paling baru, asisten komandan Korps Marinir. Dia menghabiskan hari pertamanya di Afghanistan duduk di siku Jenderal Allen dalam sebuat pertemuan, mengatakan akan mempelajarinya semuanya terkait pekerjaan barunya. Orang menggambarkannya sebagai seorang”Joe biasa” dibandingkan dengan Jenderal Allen, tapi sama fokus dan fleksibelnya.
Dia memiliki gelar master dalam pemerintahan dari Georgetown University dan master dalam hubungan internasional dari Sekolah Hukum dan Diplomasi Fletcher.
Sebenarnya bukan hanya Dunford yang datang ke Afghanistan dengan “prestasi” mentereng seperti itu. Semuanya kandas. Oleh waktu dan sisa waktu yang terus berkelindan membayangi Amerika. Well, berapa lama Dunford bisa bertahan? [sa/islampos/nyt]
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق